Pages

Selasa, 04 Agustus 2015

Hingga Suatu Pagi


Pict taken from : www.theguardian.com.
    Bagi saya pagi hari adalah perjuangan, berjuang menaklukan rutinitas kebosanan, berjuang bangkit dari kasur, berjuang menembus padatnya lalu lintas, demi apa? katanya sih demi sesuap nasi, demi segala cicilan, dan banyak lagi alasan yang patut disyukuri.
     Pada pagi yang biasa ini enggan rasanya terburu-buru, seperti ada sesuatu yang menahan langkah ini, dari kaos kaki hingga ponsel  yang tertinggal, sehingga saya pun terlambat mengikuti apel pagi yang rutin dilaksanakan di kantor hehe, ketika saya datang apel hampir usai, saya pun dengan malu-malu memarkirkan mobil di kantor pos tepat di belakang kantor saya berada, ketika saya turun dari mobil, saya melihat dan mendengar dialog antara seorang tukang parkir dan sepasang kakek-nenek yang tua (menurut looh), saya menduga pasangan senior ini sedang menanyakan alamat atau jalur kendaraan umum atau bisa juga menanyakan trend fashion musim panas ini (halaah)
     Pasangan itu cukup berumur, hampir umur delapan puluhan lah menurut saya, sang nenek masih terlihat segar menggenggam tangan kakek, yang terlihat tidak sehat dengan liur yang terus menetes dari mulutnya, pasca stroke katanya, iya saya ikut nimbrung ditengah dialog mereka (tukang parkir, nenek  dan kakek) , mereka (kakek dan nenek saja, tukang parkir ga ikutan) baru saja mengambil uang pensiun sang kakek dari kantor pos, selanjutnya hendak pulang ke rumahnya yang lumayan jauh dan tentu saja kebingungan, karena menurut sang nenek biasanya diantar anaknya, tapi kebetulan hari ini mereka harus jalan sendiri, sungguh semangat yang memesona hehe
     Singkat cerita saya menawarkan diri mengantarkan pasangan ini (tidak beserta tukang parkir tentunya hehe) sudah kadung telat apel pikir saya, apa salahnya menyenangkan hati orang lain, semoga orang tua saya diperlakukan dengan baik oleh orang lain juga, di perjalanan kami sedikit berdialog , beramah-tamah , anak mereka lima, kebetulan tinggalnya berjauhan karena karir masing-masing, ada keharuan di mata saya, membayangkan kedua orangtua saya yang belum tua-tua amat tapi tinggal hanya berdua di kampung halaman, diantara percakapan kami sang nenek bertanya berapakah anak saya, mungkin saya sudah terlihat begitu tua hehehehe, belom kata saya, masih bujang (sampai tulisan ini diketik.red) , saya mohon doa mereka berdua hehehe, saya bilang mudah-mudahan saya ketemu jodoh yang bisa saling menjaga dan mendampingi hingga hari tua seperti mereka, aamiin.
    Tiga puluh menit kemudian sampailah kami di depan rumah mereka, sang kakek sebelum turun meminta kertas dan meminta saya menulis nama saya, agar mereka bisa mendoakan supaya saya bisa mendapat jodoh secepatnya, speechless.. , keharuan menyesakkan dada, air mata hampir menetes.
     Saya mengantarkan mereka ke gerbang rumahnya lalu saya mencium tangan mereka sambil berpamitan. Sungguh perbuatan baik itu menyenangkan, tidak perduli apapun balasannya, serasa belajar lagi menjadi manusia, yaa manusia yang benar-benar manusia . :')

#np saat aku lanjut usia - So7